Selasa, 05 Maret 2013

Kumpulan Sejarah - China

0 komentar


dalam aspek apa pun telah menjadi kekuatan baru dunia pasca Perang Dingin. Perhatian masyarakat bumi tertuju padanya. Jika kita menilik sejarah, kita akan bisa memaklumi, bahwa negeri tirai bambu itu telah ditempa ber­bagai pergolakan di masa silam, yang berat dan mengancam.

Cina adalah salah satu sejarah kebudayaan tertua di dunia. Dari penemuan arkeologi dan antropologi, daerah Cina telah didiami oleh manusia purba sejak 1,7 juta tahun yang lalu. Peradaban Cina berawal dari berbagai negara kota di sepanjang lembah Sungai Kuning pada zaman Neolitikum. Sejarah tertulis Cina dimulai sejak Dinasti Shang (l.k. 1750 SM - 1045 SM).

Sejarah telah membuktikan bahwa Cina adalah sebuah negara-bangsa yang berhasil melalui berbagai episode kehidupan, dengan akhir kisah yang tragis maupun bahagia. Dari sebuah bangsa besar yang dipimpin oleh berbagai dinasti, Cina harus melewati dulu “masa penghinaan” oleh kekuatan Eropa sejak pertengahan abad ke-19 sebelum pada akhirnya “dibebaskan” oleh kekuatan komunis di bawah pimpinan Mao Zedong pada tahun 1949.

Cina di masa Mao adalah Cina yang “benci tapi rindu” terhadap baik Amerika Serikat maupun Uni Soviet – sebuah postur politik luar negeri yang akhirnya membuat Cina harus mengisolasi dirinya dari pergaulan internasional. Sementara itu, di dalam negeri kesulitan rakyat memuncak akibat petualangan politik Mao dalam Lompatan Jauh ke Depan (1958–60) dan Revolusi Kebudayaan (1966–76).

Cina di masa Mao adalah sebuah negara sosialis di mana negara memainkan peran utama dalam pembangunan perekonomian. Di sektor industri, misalnya, perusahaan-perusahaan milik pemerintah menghasil-kan lebih dari 60 persen gross value produksi industri. Di sektor urban, pemerintah adalah satu-satunya agen yang berwenang menetapkan harga komoditas utama, menentukan distribusi dana investasi, mengalokasikan sumber-sumber energi, mematok tingkat upah tenaga kerja, serta mengontrol kebijakan finansial dan sistem perbankan. Sistem perdagangan luar negeri juga menjadi monopoli pemerintah sejak awal tahun 1950-an.

Sejak Mao “pergi menghadap Marx” pada September 1976, Cina mulai membuka dirinya dan mengadopsi reformasi pasar terbuka. Sejak tahun 1978 peran pemerintah pusat di bawah pimpinan Deng Xiaoping dalam mengatur ekonomi semakin berkurang, diiringi dengan semakin besarnya peran baik perusahaan-perusahaan swasta maupun kekuatan pasar lainnya. Sebagai hasilnya, ekonomi Cina menunjukkan dinamisme yang mencengangkan: antara tahun 1978 dan 1995, sumbangan Cina terhadap GDP dunia meningkat dari 5% menjadi 10,9%. Meskipun Cina masih tergolong miskin dalam konteks pendapatan perkapita, hasil ini telah memicu spekulasi tentang masa depan Cina. Bahkan ada pengamat yang mengatakan bahwa dengan keberhasilan Cina untuk tidak terseret dalam gelombang krisis ekonomi Asia, perekonomian Cina diperkirakan akan mampu menyamai Amerika Serikat pada sekitar tahun 2015.

Cina memasuki abad ke-21 dengan sisa-sisa ideologi sosialisnya di satu kaki dan upaya keras menjadi salah satu kekuatan dunia di kaki yang lain. Bila semasa Mao berkuasa Cina masih menerapkan aturan-aturan yang otokratis, pemujaan berlebihan pada sosok pemimpin negara, ortodoksi yang kaku dan isolasionisme, maka di era 1990-an dan awal abad ke-21 ini pemerintah Cina dihadapkan pada penduduk yang jauh lebih berpendidikan dan bisa mengartikulasikan diri.

Cina yang tadinya memuja revolusi komunis (yang berkaitan erat dengan radikalisme kelas pekerja, egalitarianisme, dan memusuhi imperi-alisme Barat) telah digantikan oleh Cina yang termodernisasi, dengan ekonomi industri kapitalis yang terintegrasi dengan dunia, penerapan konsep demokrasi, dan pengembangan SDM melalui sistem pendidikan yang maju. Ini merupakan bukti adanya penolakan pada revolusi atas nama modernisasi atau dengan kata lain penolakan pada sosialisme atas nama kapitalisme.

Transisi dari ekonomi sosialis yang terpusat menuju ekonomi pasar bebas memang menjadikan taraf kehidupan sebagian besar rakyat Cina semakin membaik. Karenanya tidaklah mengherankan bila kemakmuran bukan lagi menjadi barang mewah di Cina. Boom ekonomi telah membawa kemajuan besar dalam standar kehidupan kebanyakan orang urban Cina. Meski Cina belum tentu segera akan menjadi masyarakat yang terbuka dan bebas, tetapi pembatasan terhadap kebudayaan pop dan hal-hal berbahaya lainnya dari Barat telah mulai dikurangi tiga seperempat bukti bahwa kapitalisme telah semakin dalam menancapkan kukunya di Cina.

Transisi itu juga menimbulkan berbagai permasalahan akut yang harus segera diatasi. Kenneth Lieberthal, seorang sinolog dari University of Michigan, membuat daftar lima masalah tergawat yang dihadapi Cina dewasa ini: (1) penurunan derajat mutu lingkungan hidup, (2) pengangguran, (3) konflik-konflik separatisme yang mengarah pada disintegrasi, (4) keikutsertaan Cina dalam WTO, dan (5) korupsi yang endemik.

Sehubungan dengan masalah yang terakhir, Cina menyadari bahwa sebuah lingkungan politik dan sosial yang stabil merupakan kebutuhan bagi upaya mempertahankan pembangunan ekonomi yang sehat, termasuk di dalamnya perjuangan melawan korupsi. Inilah sebabnya mengapa pemerintah Cina sejak permulaan reformasi telah bertekad untuk menjadikan pembangunan ekonomi sebagai tugas utama dan bersamaan dengan itu juga berusaha keras melawan korupsi demi menjamin stabilitas serta memajukan reformasi dan pembangunan.

Mengingat arti penting China dewasa ini dalam berbagai bidang, tidaklah berlebihan bila dinyatakan bahwa kita perlu mencermati bagaimana perkembangan budaya dan sejarahnya hingga menjadi seperti saat ini sebagai bahan refleksi yang sangat berharga. Buku ini melengkapi sejarah China dalam bahasa Indonesia karya Nio Joe Lan berjudul Tiongkok Sepandjang Abad. Setidaknya karya ini akan memudahkan para sarjana sinologi dan masyarakat pada umumnya dalam mempelajari sejarah China.
readmore »»  

Sejarah Berdirinya Malaysia

0 komentar


sebenarnya sejarah malaysia ada keterkaitan juga dengan sejarah Indonesia, Malaysia berdiri dengan kerajaan induk yang tertuanya Melaka, sedangkan pendiri Melaka adalah seorang pangeran dari SUmatera, Sriwijaya.

Semenanjung Malaysia berkembang sebagai pusat perdagangan utama di Asia Tenggara, karena berkembangnya perdagangan antara China dan India dan negara lainnya melalui Selat Malaka yang sibuk. Ptolemy menunjukkan pada petanya dengan label yang menterjemahkan �Golden Chersonese�, dengan Selat Malaka sebagai "Sinus Sabaricus".
Kerajaan Melayu yang paling awal tercatat dalam sejarah tumbuh dari kota-pelabuhan tepi pantai yang dibuat pada abad 10. Di dalamnya termasuk Langkasuka dan Lembah Bujang di Kedah, dan juga Beruas dan Gangga Negara di Perak dan Pan Pan di Kelantan. Diperkirakan semuanya adalah kerajaan Hindu atau Buddha. Islam tiba pada abad ke-14 di Terengganu.

Awal abad ke-15, Kesultanan Malaka didirikan oleh dinasti yang dimulai oleh pangeran dari Palembang. Dengan Malaka sebagai ibukota, Kesulatanan ini mengontrol wilayah yang sekarang ini Semenanjung Malaysia, selatan Thailand (Pattani, dan pantai timur Sumatra. Kerajaan ini berlangsung selama lebih dari satu abad, dan dalam periode tersebut menyebarkan Islam ke seluruh Kepulauan Melayu. Malaka sebagai pelabuhan perdagangan penting yang terletak hampir di tengah-tengah rute perdagangan China dan India.

Portugal membuat Malaka menjadi koloni pada tahun 1511 dengan kekuatan militer, dan mengakhiri Kesultanan Malaka. Tetapi, Sultan terakhir melarikan diri ke Kampar di Sumatra dan meninggal di sana. Salah satu anaknya pergi ke bagian utara Semenanjung Malaysia dan mendirikan Kesultanan Perak, dan anak lainnya pergi ke selatan semenanjung dan membuat ibu kotanya di sana.
Kerajaan ini merupakan kelanjutan dari Kesultanan Malaka tua, tapi sekarang dikenal dengan nama Kesultanan Johor, yang masih ada sampai sekarang. Setelah jatuhnya Malaka, tiga negara berebut untuk mengambil kontrol Selat Malaka: Portugis (di Malaka), Kesultanan Johor, dan Kesultanan Aceh; dan peperangan berakhir pada 1641, ketika Belanda (bersekutu dengan Kesultanan Johor) mengambil alih Malaka. Inggris mengambil alih Malaka pada 1824, ketika sebuah perjanjian ditandatangani oleh Belanda.

Koloni mahkota Inggris, Strait Settlement (Negeri-Negeri Selat) didirikan pada 1826, dan Inggris secara bertahap memningkatkan daerah kekuasaannya ke seluruh semenanjung. Pemukiman Selat terdiri dari tiga pelabuhan, yaitu Singapura, Penang, dan Malaka. Penang didirikan pada 1786 oleh Kapten Francis Light sebagai pos komersial dianugrahkan oleh Sultan Kedah. Malaka jatuh kekuasaan Inggris setelah Perjanjian Britania-Belanda 1824; dan dua tahun kemudian Negeri-negeri selat didirikan. Negeri-negeri ini diatur oleh British East India Company berkedudukan di Kalkuta sampai 1867 ketika administrasi ditransfer ke Kantor Kolonial di London.
Juga pada sekitar saat ini banyak negara bagian Melayu memutuskan untuk mendapatkan pertolongan Britania dalam menyelesaikan konflik internal. Kurang dari sepuluh tahun setelah pergerakan transfer selesai, beberapa negara bagian Melayu di pantai barat menjadi di bawah pengaruh Britania.

Peran pedagang di Negeri-negeri selat melihat intervensi pemerintah Britania dalam masalah negara bagian penghasil timah di Semenanjung Melayu. Ditambah dengan gangguan Kelompok Rahasia Tionghoa dan perang bersaudara, Diplomasi kapal perang Britania dijalankan untuk membawa penyelesaian damai yang memberikan untuk kepada pedagang Negeri-negeri selat. Akhirnya, Perjanjian Pangkor 1874 memberikan jalan bagi peluasan Britania; dan pada abad ke-20 negara bagian Pahang, Selangor, Perak, dan Negeri Sembilan, semuanya dikenal dengan Negara Federasi Malaya (jangan dirancukan dengan Federasi Malaya, di bawah pemerintahan penduduk Britania Raya yang ditugaskan untuk memberi nasihat kepada Sultan.

Negara bagian Semenanjung ini dikenal dengan Negara Bagian Malaya Nonfederasi dan, tidak secara langsung di bawah kuasa London, tapi memiliki penasihat orang Britania dalam pengadilan Sultan. Empat negara bagian utara Perlis, Kedah, Kelantan, dan Terengganu sebelumnya di bawah kuasa Thailand. Britania Borneo Utara (sekarang Sabah) adalah Koloni Mahkota Britania di bawah kepemimpinan Kesultanan Sulu, dan wilayah hutan yang besar dari Sarawak adalah tanah pribadi keluarga Brooke more>>>
readmore »»  

SEJARAH - Terbentuknya Indonesia Dan Sejarahnya di Mata Dunia

0 komentar


Jakarta, LP - Pada zaman purba, kepulauan tanah air disebut dengan aneka nama. Dalam catatan bangsa Tionghoa kawasan kepulauan tanah air dinamai Nan-hai (Kepulauan Laut Selatan). Berbagai catatan kuno bangsa India menamai kepulauan ini Dwipantara (Kepulauan Tanah Seberang), nama yang diturunkan dari kata.. Sansekerta dwipa (pulau) dan antara (luar, seberang). Kisah Ramayana karya pujangga Walmiki menceritakan pencarian terhadap Sinta, istri Rama yang diculik Rahwana, sampai ke Suwarnadwipa (Pulau Emas, yaitu Sumatra sekarang) yang terletak di Kepulauan Dwipantara.
Bangsa Arab menyebut tanah air kita Jaza’ir al-Jawi (Kepulauan Jawa). Sampai hari ini jemaah haji kita masih sering dipanggil “Jawa” oleh orang Arab. Bahkan orang Indonesia luar Jawa sekalipun. Dalam bahasa Arab juga dikenal Samathrah (Sumatra), Sholibis (Sulawesi), Sundah (Sunda), semua pulau itu dikenal sebagai kulluh Jawi (semuanya Jawa).

Bangsa-bangsa Eropa yang pertama kali datang beranggapan bahwa Asia hanya terdiri dari Arab, Persia, India, dan Tiongkok. Bagi mereka, daerah yang terbentang luas antara Persia dan Tiongkok semuanya adalah “Hindia”. Semenanjung Asia Selatan mereka sebut “Hindia Muka” dan daratan Asia Tenggara dinamai “Hindia Belakang”. Sedangkan tanah air memperoleh nama “Kepulauan Hindia” (Indische Archipel, Indian Archipelago, l’Archipel Indien) atau “Hindia Timur” (Oost Indie, East Indies, Indes Orientales). Nama lain yang juga dipakai adalah “Kepulauan Melayu” (Maleische Archipel, Malay Archipelago, l’Archipel Malais).

Pada jaman penjajahan Belanda, nama resmi yang digunakan adalah Nederlandsch-Indie (Hindia Belanda), sedangkan pemerintah pendudukan Jepang 1942-1945 memakai istilah To-Indo (Hindia Timur). Eduard Douwes Dekker (1820-1887), yang dikenal dengan nama samaran Multatuli, pernah mengusulkan nama yang spesifik untuk menyebutkan kepulauan tanah air kita, yaitu Insulinde, yang artinya juga “Kepulauan Hindia” (bahasa Latin insula berarti pulau).

Awalnya Nusantara

Pada tahun 1920-an, Ernest Francois Eugene Douwes Dekker (1879-1950), yang dikenal sebagai Dr. Setiabudi (cucu dari adik Multatuli), memperkenalkan suatu nama untuk tanah air kita yang tidak mengandung unsur kata “India”. Nama itu tiada lain adalah Nusantara, suatu istilah yang telah tenggelam berabad-abad lamanya. Setiabudi mengambil nama itu dari Pararaton, naskah kuno zaman Majapahit yang ditemukan di Bali pada akhir abad ke-19 lalu diterjemahkan oleh J.L.A. Brandes dan diterbitkan oleh Nicholaas Johannes Krom pada tahun 1920.

Pengertian Nusantara yang diusulkan Setiabudi jauh berbeda dengan pengertian nusantara zaman Majapahit. Pada masa Majapahit, Nusantara digunakan untuk menyebutkan pulau-pulau di luar Jawa (antara dalam bahasa Sansekerta artinya luar, seberang) sebagai lawan dari Jawadwipa (Pulau Jawa). Sumpah Palapa dari Gajah Mada tertulis “Lamun huwus kalah nusantara, isun amukti palapa” (Jika telah kalah pulau-pulau seberang, barulah saya menikmati istirahat).

Oleh Dr. Setiabudi kata nusantara zaman Majapahit yang berkonotasi jahiliyah itu diberi pengertian yang nasionalistis. Dengan mengambil kata Melayu asli antara, maka Nusantara kini memiliki arti yang baru yaitu “nusa di antara dua benua dan dua samudra”, sehingga Jawa pun termasuk dalam definisi nusantara yang modern. Istilah nusantara dari Setiabudi ini dengan cepat menjadi populer penggunaannya sebagai alternatif dari nama Hindia Belanda. Sampai hari ini istilah nusantara tetap dipakai untuk menyebutkan wilayah tanah air dari Sabang sampai Merauke.

Awal Mula Nama Indonesia

Pada tahun 1847 di Singapura terbit sebuah majalah ilmiah tahunan, Journal of the Indian Archipelago and Eastern Asia (JIAEA), yang dikelola oleh James Richardson Logan (1819-1869), seorang Skotlandia yang meraih sarjana hukum dari Universitas Edinburgh. Kemudian pada tahun 1849 seorang ahli etnologi bangsa Inggris, George Samuel Windsor Earl (1813-1865), menggabungkan diri sebagai redaksi majalah JIAEA.

Dalam JIAEA Volume IV tahun 1850, halaman 66-74, Earl menulis artikel On the Leading Characteristics of the Papuan, Australian and Malay-Polynesian Nations. Dalam artikelnya itu Earl menegaskan bahwa sudah tiba saatnya bagi penduduk Kepulauan Hindia atau Kepulauan Melayu untuk memiliki nama khas (a distinctive name), sebab nama Hindia tidaklah tepat dan sering rancu dengan penyebutan India yang lain. Earl mengajukan dua pilihan nama: Indunesia atau Malayunesia (nesos dalam bahasa Yunani berarti pulau). Pada halaman 71 artikelnya itu tertulis:
“… the inhabitants of the Indian Archipelago or Malayan Archipelago would become respectively Indunesians or Malayunesians”.
Earl sendiri menyatakan memilih nama Malayunesia (Kepulauan Melayu) daripada Indunesia (Kepulauan Hindia), sebab Malayunesia sangat tepat untuk ras Melayu, sedangkan Indunesia bisa juga digunakan untuk Ceylon (Srilanka) dan Maldives (Maladewa). Earl berpendapat juga bahwa bahasa Melayu dipakai di seluruh kepulauan ini. Dalam tulisannya itu Earl memang menggunakan istilah Malayunesia dan tidak memakai istilah Indunesia.

Dalam JIAEA Volume IV itu juga, halaman 252-347, James Richardson Logan menulis artikel The Ethnology of the Indian Archipelago. Pada awal tulisannya, Logan pun menyatakan perlunya nama khas bagi kepulauan tanah air kita, sebab istilah “Indian Archipelago” terlalu panjang dan membingungkan. Logan memungut nama Indunesia yang dibuang Earl, dan huruf u digantinya dengan huruf o agar ucapannya lebih baik. Maka lahirlah istilah Indonesia.

Untuk pertama kalinya kata Indonesia muncul di dunia dengan tercetak pada halaman 254 dalam tulisan Logan:
“Mr. Earl suggests the ethnographical term Indunesian, but rejects it in favour of Malayunesian. I prefer the purely geographical term Indonesia, which is merely a shorter synonym for the Indian Islands or the Indian Archipelago”.
Ketika mengusulkan nama “Indonesia” agaknya Logan tidak menyadari bahwa di kemudian hari nama itu akan menjadi nama resmi. Sejak saat itu Logan secara konsisten menggunakan nama “Indonesia” dalam tulisan-tulisan ilmiahnya, dan lambat laun pemakaian istilah ini menyebar di kalangan para ilmuwan bidang etnologi dan geografi.

Pada tahun 1884 guru besar etnologi di Universitas Berlin yang bernama Adolf Bastian (1826-1905) menerbitkan buku Indonesien oder die Inseln des Malayischen Archipel sebanyak lima volume, yang memuat hasil penelitiannya ketika mengembara ke tanah air pada tahun 1864 sampai 1880.

Buku Bastian inilah yang memopulerkan istilah “Indonesia” di kalangan sarjana Belanda, sehingga sempat timbul anggapan bahwa istilah “Indonesia” itu ciptaan Bastian. Pendapat yang tidak benar itu, antara lain tercantum dalam Encyclopedie van Nederlandsch-Indie tahun 1918. Padahal Bastian mengambil istilah “Indonesia” itu dari tulisan-tulisan Logan.

Pribumi yang mula-mula menggunakan istilah “Indonesia” adalah Suwardi Suryaningrat (Ki Hajar Dewantara). Ketika dibuang ke negeri Belanda tahun 1913 beliau mendirikan sebuah biro pers dengan nama Indonesische Pers-bureau. Nama indonesisch (Indonesia) juga diperkenalkan sebagai pengganti indisch (Hindia) oleh Prof Cornelis van Vollenhoven (1917). Sejalan dengan itu, inlander (pribumi) diganti dengan indonesiër (orang Indonesia). (tams)
readmore »»  

Senin, 04 Maret 2013

Rahasia Tahun Naga Air bagi masyarakat Cina

0 komentar

GONG Xi Fa Cai! Ucapan paling popular dilafazkan setiap kali tiba Tahun Baru Cina. Ungkapan ini bukan hanya popular dalam kalangan masyarakat Cina, tetapi turut meniti di bibir semua masyarakat lain di seluruh dunia, sekali gus menandakan ia begitu dekat dengan sambutan perayaan terbesar masyarakat kedua terbesar di negara ini.

Ramai yang menafsir ungkapan itu sebagai selamat tahun baru meskipun ia sebenarnya jauh tersasar daripada maksud sebenar iaitu 'tahniah dan semoga mendapat rezeki'. Mungkin kerana ia sudah digunakan berabad lamanya di seluruh dunia sekali gus terus melekat sebagai ucapan umum termasuk di negara kita.

Seluruh masyarakat Cina dunia kali ini menyambut ketibaan Tahun Naga yang dianggap haiwan terhebat antara 12 haiwan dalam putaran tahun masyarakat itu. Sudah semestinya sesiapa saja berasa begitu bertuah jika melahirkan anak dalam tahun ini, melambangkan kekuatan, kesihatan, harmoni dan tuah.

Malah, patung naga sendiri diletakkan di atas pintu atau bumbung untuk mengusir iblis dan puaka sekali gus menunjukkan betapa pengaruh haiwan misteri itu begitu kuat dalam kekuatan masyarakat Cina di seluruh dunia. Tidak dinafikan, begitu banyak elemen orang Cina mengangkat simbol naga sebagai kekuatan mereka.

Meskipun naga turut mempunyai beberapa keburukan seperti pemarah, sombong, kurang bertoleransi, tamak, ego dan ganas, kelebihan elemen positifnya seperti dipandang mulia, berkarisma, bersemangat tinggi, ramah, berkuasa, yakin diri, berterus terang dan mencintai kebebasan menjadikan ia begitu dipandang tinggi.

Putaran 12 haiwan dalam kalendar orang Cina iaitu tikus, lembu, harimau, arnab, naga, ular, kuda, kambing, monyet, ayam, anjing dan babi menjadikan Tahun Naga begitu ditunggu-tunggu selepas kemunculannya pada 2000 sudah lama meninggalkan mereka. Tahun lalu ialah giliran 'Tahun Arnab' yang mempunyai sifat negatif daripada positif.

Namun, tidak ramai mengetahui bahawa naga sendiri dalam kitaran kalendar qamari Cina mempunyai lima jenis iaitu Naga Kayu, Naga Air, Naga Emas, Naga Tanah dan Naga Api. Tahun ini, giliran Naga Air atau turut digelar Naga Hitam mengambil alih kitaran itu. Setiap naga mempunyai kelainan dalam maksudnya dan Naga Air antara yang kurang disenangi dalam perkiraan Feng Shui Cina.

Pakar Feng Shui dari Oriental Wisdom, Master Soon, berkata naga terhebat dan paling membawa tuah ialah Naga Emas yang kemunculannya berlaku pada 2000. Ia dianggap benar-benar melambangkan kehebatan seseorang dan menjadi impian semua masyarakat Cina.

"Naga Air sedikit berbeza. Ia turut dikaitkan dengan warna hitam dan sangat lincah serta ganas di perairan. Sejarah mitos Cina mengaitkan haiwan itu sebagai sukar dikawal dan sangat pemarah. Naga Air suka buat kacau. Sebenarnya orang yang lahir dalam tahun ini mempunyai karakter yang sukar dikawal.

"Secara teorinya, bagus lahir dalam Tahun Naga kerana orangnya mempunyai kecerdasan minda yang cemerlang dan hebat dalam politik tetapi dia bukan jenis yang suka patuh pada arahan. Pendek kata, sukar untuk bekerja dengan orang kerana agak kuat melawan. Mudah marah dan suka buat kacau.

"Ia sinonim dengan sifat haiwan air itu yang menguasai lautan. Kehebatannya bergerak ke sana sini, pergi jauh ke mana disukainya selalunya menimbulkan cabaran dan bahaya kepada orang lain.

"Dalam perkiraan Feng Shui, Tahun Naga Hitam kali ini bakal menimbulkan banyak insiden politik antarabangsa dan dijangkakan ia ada kaitan dengan Iran kerana kali ini ia ada hubungan dengan revolusi 1979. Sukar untuk diperincikan tetapi ada kaitannya," katanya.

Bagaimanapun, katanya, Tahun Naga tetap dianggap paling hebat dalam masyarakat Cina. Jika dilihat secara teliti, kebanyakan orang yang lahir dalam tahun ini mempunyai perwatakan yang istimewa. Dalam bahasa mudah, lain macam. Dia mampu buat apa saja kerana otaknya ligat berfikir.

Lebih istimewa lagi, kemunculannya bukan selalu. Jika mahu ditunggu 12 tahun lagi, hanya pada 2024 baru ia kembali. Jika mahu menunggu kemunculan Tahun Naga Emas, ia hanya akan tiba pada 2060 kerana berdasarkan kitaran kalendar Cina, satu karakter haiwan khusus itu akan berulang selepas 60 tahun.

Kemunculan Tahun Baru Cina sering kali dikaitkan dengan pemberian angpau, pemakaian baju dengan warna asas merah dan letupan mercun. Tidak kira sejauh mana larangan pembakaran mercun dibuat, ia sukar untuk menghalang tradisi itu kerana ada mitos kuat dalam kepercayaan mereka yang mengaitkan elemen merah serta letupan.

Menurut satu kisah legenda, pada zaman dulu, Nián (seekor raksasa pemakan manusia dari satu pergunungan muncul setiap 11 tahun, sekitar musim sejuk, untuk memburu manusia. Orang ramai percaya bahawa raksasa itu sukar menahan bunyi bising dan warna merah.

Oleh itu mereka mengusirnya dengan letupan, bunga api dan penggunaan warna merah secara meluas. Adat-adat inilah yang membawa kepada perayaan Tahun Baru pertama. Justeru, penggunaan dua elemen ini tidak dapat dipisahkan dengan masyarakat Cina.

"Merah melambangkan api yang menjadi bahan bakar kepada sumber makanan kita. Api juga membekalkan haba serta kepanasan. Ia adalah alat penting untuk menyambung kehidupan. Ia juga warna darah dan ia penting untuk terus hidup. Tiada darah, orang mati. Orang Cina lebih pentingkan duniawi. Justeru, penting bagi mereka untuk menjaga kehidupan.

"Mercun pula bunyinya kuat seperti meriam. Disebabkan kami mementingkan kehebatan di dunia, bunyi kuat itu penting untuk menunjukkan kehebatan. Dulu, bunyi bising menjadi permulaan kepada aktiviti pertanian. Ia menandakan bermulanya satu upacara. Lebih kuat bunyinya, lebih hebat permulaan tahun itu. Memang sukar memisahkan masyarakat kami dengan amalan membakar mercun," tambahnya.

Bagi masyarakat Cina, sambutan Tahun Baru berlangsung bagi tempoh yang agak panjang iaitu selama 15 hari. Ia bermula dengan jamuan pertemuan semula yang menghimpunkan seluruh isi keluarga. Di China Utara, adalah juga menjadi adat untuk memakan ladu ketika jamuan ini. Ladu melambangkan kemewahan kerana bentuknya berupa tongkol emas Cina.

Angpau bagi ahli terdekat dalam keluarga selalunya diberi sewaktu jamuan pertemuan semula. Paket ini sering mengandungi duit dalam bilangan nombor tertentu yang mencerminkan tuah dan kehormatan. Secara tradisi, angpau atau sampul merah diedarkan sepanjang sambutan Tahun Baru Cina oleh pasangan suami isteri atau orang tua kepada mereka yang belum berkahwin.

Jumlah wang dalam angpau sepatutnya bermula dengan angka genap kerana angka ganjil dikaitkan dengan wang tunai yang ditukarkan dalam upacara pengebumian.

Oleh sebab angka empat dianggap membawa sial, kerana perkataan untuk empat sama bunyinya dengan mati, maka wang dalam angpau tidak boleh berjumlah RM4. Sementara itu, angka lapan dianggap bertuah (kerana sama bunyinya dengan 'kaya'), maka RM8 selalu didapati dalam angpau.

Hari terakhir dalam sambutan Tahun Baru Cina ialah Chap Goh Mei iaitu pada hari ke-15. Bebola pulut manis dalam sup dimakan pada hari itu. Tangyuan ialah sejenis makanan Cina yang diperbuat daripada tepung pulut. Tepung pulut ini dicampur dengan sedikit air untuk membentuk bebola, kemudian dimasak dan dihidangkan dalam air yang mendidih.

Masyarakat Cina juga kaya dengan pantang larangnya. Sepanjang perayaan Tahun Baru Cina, ada beberapa amalan yang membawa tuah baik dan ada pula memberi malang. Antara yang dianggap baik ialah membuka pintu serta tingkap yang dianggap menjemput masuk tuah pada tahun baru.

Membiarkan lampu menyala semalaman pula dipercayai menghalau hantu dan puaka pembawa musibah yang mampu mempengaruhi nasib sekeluarga sepanjang tahun. Gula-gula dan manisan dimakan untuk 'memaniskan' nasib sepanjang tahun, manakala memakai selipar baru yang dibeli sebelum tahun baru bermaksud memijak orang yang selama ini banyak bercerita keburukan pemakainya.

Amalan yang mengundang malang pula seperti membeli kasut baru yang dianggap membawa malang bagi sesetengah orang Cina kerana perkataan bahasa Kantonis bagi 'kasut' sama bunyinya dengan perkataan 'kasar' atau 'sukar'. Menggunting rambut juga ditegah kerana perkataan bagi rambut sama bunyinya dengan hasil. Oleh itu menggunting rambut juga dipandang sebagai memotong hasil.

Ironinya, kepelbagaian kaum dalam negara ini pastinya menyajikan warna warni dalam kehidupan masyarakat berbudaya. Ia menonjolkan gambaran betapa Malaysia begitu kaya dengan nilai keunikan kaum. Sambutan Tahun Baru Cina kali ini pastinya membawa lembaran baru buat masyarakat Cina seluruhnya. Buat mereka semua, Gong Xi Fa Cai!

readmore »»  
 

Copyright 2008 All Rights Reserved Revolution Two Church theme by Brian Gardner Converted into Blogger Template by Bloganol dot com